Oleh :
A. Ajib Hamzah
Ketika tengah malam kamu memberi salam selamat jalan
dingin badanku menentang gelap jauh di luar
dalam kumbangan suara yang sangat kukenal
pembunuhan yang dipuji dengan apa yang disebut perang
Bisikan doa hatiku yang kudengar menyertaiku
menyematkan ketakutan dan muak pada tanganku
pada kemauan yang melawan kemauan tiada perhitungan
sedang dihadapanku sasaran beratus terpisah dari bumi
Air semata, semata-mata air mata, terpotong-potong di rumah terbakar
membukakan kesadaran akan perang serta cinta tanah ari
dalam hutan kota di bawah lembah awan-awan gelap
menyengatkan doa di atas luka : Tuhanku, akan kemana kami
Salam pada yang tabah di hatiku
menguakkan kabut
dalam kelahiran manusia baru
perang itu keyakinan, perang itu kecintaan
Perang itu semacam harga diri di antara bangsa
melenyap ke dalam batas-batas kesabaran
perang itu pernyataan kehormatan serta kehadiran
berdirilah beserta aku
di depan tangis anak-anak dan para bunda yang gugur
maka akan kau kenal nikmat perang
menjanjikan danau biru yang melimpah di hadapan rumah-rumah
(Yogya, 1962)
P/S : tersentuh hati aku tatkala pertama kali baca sajak nie.. entah kenapa mcm dekat je di hatiku... adakah hasil daripada peperangan dalaman??... ah!.. klaulah aku mampu bersabar... pada yang namanya Sibuk!!... juga yang lain...
Tanpa Tajuk
-
Kemuncak Sepi, Semoga saja kau sedang bergembira di salah satu taman
syurga.. Al-Fatihah Zarina Bte Tardan...
11 years ago
No comments:
Post a Comment